Selain bounce dan marked as spam, unsubscribe juga menjadi salah satu hal yang ditakutkan bisnis saat melakukan email marketing.
Pasalnya, unsubscribe bisa berdampak pada hilangnya potential leads, berkurangnya data di mailing list, bahkan jangka panjangnya juga bisa jadi ke penjualan.
Namun, dari semua user yang melakukan unsubscribe, apakah bisnis atau Anda sendiri mengetahui penyebab dan alasannya?
Mari kita bahas.
Daftar Isi
- Penyebab Unsubscribe Email Marketing Tinggi
- Menerima terlalu banyak email
- Subject email dan konten yang mencurigakan
- Konten yang tidak relevan atau tidak menarik
- Terlalu banyak konten hard sell
- Merasa tidak pernah subscribe sebelumnya
- Tampilan yang tidak menarik atau tidak pas dengan device
- Tidak punya waktu atau malas membaca email
- Kesimpulan
Penyebab Unsubscribe Email Marketing Tinggi
Penyebab unsubscribe email marketing yang tinggi sebenarnya beragam.
Rata-rata alasannya memang personal bagi sang user, namun faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan itu beragam.
Dari sekian banyak faktor, akan kita bahas 7 faktor terbesar penyebab unsubscribe email marketing tinggi dari sisi user.
Menerima terlalu banyak email
Marketingsherpa merilis studi bahwa alasan teratas user melakukan unsubscribe email marketing bisnis ialah karena banyaknya email yang diterima user secara umum.
User menganggap email sebagai portal komunikasi yang hanya digunakan untuk urusan-urusan genting.
Banyaknya email marketing yang masuk ditakutkan akan menumpuk pesan-pesan penting, sehingga user akan merasa kesulitan jika ingin mencari email tertentu.
Dalam permasalahan ini, rata-rata user yang melakukan unsubscribe menerima berbagai email marketing dari banyak bisnis.
Sehingga, tujuan unsubscribe ialah untuk memilah lagi mana update yang penting dan perusahaan mana yang dianggap lebih penting updatenya bagi si pengguna.
Namun, ada juga kasus di mana user secara spesifik melakukan unsubscribe hanya pada satu atau beberapa bisnis tertentu.
Kebanyakan, penyebabnya ialah bisnis tersebut terlalu sering melakukan email marketing.
Akibatnya, value dari email marketing ini menjadi hilang dan justru dianggap spam.
Lalu seberapa sering harusnya bisnis mengirimkan email marketing agar tidak mendapatkan unsubscribe dan marked as spam yang tinggi?
86% user lebih memilih untuk mendapatkan update email marketing setiap 1 bulan sekali, sedangkan kurang dari 15% menginginkan update harian.
Subject email dan konten yang mencurigakan
Berdasarkan Autopilot, subject email dan konten yang tidak meyakinkan menjadi penyebab tingginya unsubscribe.
Alasan utamanya ialah perihal keamanan, di mana email yang mencurigakan justru dianggap sebagai spam atau malah phishing.
Jika tidak difilter oleh email clients, biasanya user sendiri yang akan mengkategorikan hal ini sebagai spam.
Kalau di email client Anda ada kotak spam, coba buka folder tersebut dan analisis mengapa konten-konten seperti itu dianggap sebagai spam.
Beberapa kesimpulan kami mengenai subject email atau konten yang diindikasikan sebagai spam ialah:
- Mengandung “janji” yang too good to be true (terlalu sempurna untuk jadi nyata)
- Tidak spesifik, baik tidak dipersonalisasi atau kata-kata yang ditulis sangatlah umum
- Memuat sapaan, namun sapaannya tidak dipersonalisasi (contoh: Dear kind person, dsb.)
- Tidak memiliki subject atau subjectnya hanya terdiri atas 1 atau 2 kata
- Penulisan subject yang tidak benar dan profesional, seperti menggunakan terlalu banyak tanda seru atau semuanya menggunakan huruf kapital
- Menggunakan email gratis untuk mengirimkan email bisnis tertentu
- Dan banyak lagi.
Selain filtrasi berdasarkan subject dan konten, sistem keamanan email client dan server juga biasanya mengkategorikan suatu email berdasarkan parameter tertentu.
Yang paling umum ialah berdasarkan IP dan kuantitas blasting yang dilakukan oleh pengirim email.
Terkait hal teknis ini, solusinya ada pada konfigurasi email domain, server, serta provider yang Anda gunakan.
Mudahnya, Anda bisa menggunakan email provider yang sudah terpercaya dalam bidang teknikalnya, seperti DocoBlast.
Namun, terkait kendala penulisan, Anda bisa membaca tips cara menulis subject email marketing yang menjual, menarik, dan aman dari spam ini.
Konten yang tidak relevan atau tidak menarik
Alasan lainnya yang membuat unsubscribe tinggi ialah konten yang tidak relevan atau bahkan tidak menarik menurut user.
CIO Asean menempatkan relevansi konten sebagai satu dari faktor penting yang tidak hanya mempengaruhi unsubscribe, namun juga performa email marketing secara keseluruhan.
Seteah itu, menarik atau tidaknya konten ditinjau dari repetisi dan orisinalitasnya menjadi faktor pengikutnya.
Dalam temuannya, user mengatakan mereka cenderung melakukan unsubscribe jika bisnis hanya menyodorkan konten yang mirip berulang kali, atau tidak benar-benar relevan dengan kebutuhan mereka.
Beberapa di antaranya melakukan unsubscribe karena apa yang ditawarkan email marketing seringkali bukanlah sesuatu yang urgen dalam kehidupan mereka saat itu.
Selain mengindikasikan performa email marketing yang kurang maksimal, hal ini juga bisa menandakan bahwa bisnis tidak cukup mengenal pelanggannya.
Padahal, mengenali pelanggan ialah hal yang sangat fundamental dan krusial dalam berbisnis.
Solusi dari hal ini ialah bisnis dapat melakukan market research kemudian membuat buyer’s persona dari temuan studinya.
Dalam penulisan email, bisnis dapat menggunakan teknik personalisasi dan menyuguhkan konten serta promo yang baru dan sesuai dengan keadaan pelanggan saat ini.
Terlalu banyak konten hard sell
Salah satu kesalahan dalam email marketing yang menyebabkan tingkat unsubscribe tinggi ialah terlalu seringnya bisnis melakukan hard-selling.
Hanya karena yang dikirimkan ialah email marketing, banyak bisnis yang beranggapan bahwa penjualan harus diprioritaskan.
Padahal, email marketing tidak hanya ditujukan untuk penjualan saja, bisa untuk brand awareness, customer engagement, serta customer dan lead nurture.
Studi Marketingsherpa mengkategorikan 13 alasan penyebab unsubscribe, konten hard-selling menjadi penyebab keempat dengan persentase 19%.
Penjelasan singkatnya, user merasa muak ketika ditawari untuk membeli produk atau layanan tertentu tiap kali mereka menerima email.
Terlebih jika tidak ada informasi tambahan seperti promo atau VAS yang berlaku.
Solusi guna mengatasi hal ini ialah bisnis dapat menggunakan strategi 80/20, yakni 80 soft-sell yang edukatif dan 20 hard-sell.
Kendati demikian, tidak semua bisnis akan sesuatu dengan strategi ini.
Ada yang cocok dengan 80/20, ada juga yang 70/30, atau 75/25.
Bahkan ada yang malah 1:2, 1 soft-sell dan 2 hard-sell.
Untuk itu, penggunaan strategi ini sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan juga profil pelanggan yang menjadi target email marketing.
Merasa tidak pernah subscribe sebelumnya
Banyak user yang memilih melakukan unsubscribe karena mereka merasa mereka tidak pernah melakukan subscribe sebelumnya.
Hal ini merupakan hal yang umum terjadi, dan penyebabnya pun beragam.
Ada penyebab yang berasal dari user sendiri, seperti mereka lupa pernah melakukan subscribe dan semacamnya.
Ada juga penyebab lainnya seperti hasil dari pembelian database email, atau database email tercampur dengan database lainnya.
Namun, jika ditarik lagi, persamaan dari seluruh penyebab ini ialah tidak diperlakukannya double opt-in dalam email marketing.
Penggunaan double opt-in akan menyeleksi kontak yang ada pada mailing list, sehingga mengurangi lead yang tidak berkualitas dan meminimalisir terjadinya unsubscribe.
Tampilan yang tidak menarik atau tidak pas dengan device
Tampilan email yang tidak menarik atau tidak pas dengan device yang digunakan user juga mempengaruhi keputusan melakukan unsubscribe.
Spesifiknya, tampilan pada gawai atau mobile devices.
Statistik terbaru menunjukkan bahwa 85% user mengakses email menggunakan smartphone.
Namun, hal ini bukan berarti tampilan email pada browser atau versi desktop sepatutnya dikesampingkan.
Solusinya ialah membuat email yang responsif, menyesuaikan ukuran layar desktop maupun mobile.
Salah satunya ialah dengan menggunakan template kolom tunggal (single column) lalu melakukan A/B testing pada beberapa macam device dan email client yang berbeda-beda.
Setelah dirasa tampilannya baik, barulah email siap dikirim.
Tidak punya waktu atau malas membaca email
Siapa sangka keterbatasan waktu atau rendahnya minat membaca email juga berpengaruh pada tingkat unsubscribe, tidak hanya open rate?
Bagi sebagian user, membaca email memakan terlalu banyak waktu dan mungkin kurang praktis.
Atau, bisa juga, email memang hanya ditujukan untuk urusan yang sangat penting saja, seperti bagi eksekutif perusahaan pada umumnya.
Sherpa merilis laporan bahwa 16% user melakukan unsubscribe karena tidak ada waktu untuk membaca email.
Namun, hal ini bukan berarti strategi email marketing Anda sebaiknya dihentikan saja.
Yang harus Anda lakukan adalah memilah kembali kontak pada database email Anda dan mempelajari perilaku user.
Jika ada beberapa user, terlebih eksekutif bisnis, jarang membaca email, lebih baik pisahkan ia ke dalam mailing list berbeda.
Lalu, hanya kirimkan email dengan tingkat prioritas yang sangat tinggi pada database tersebut.
Jangan campurkan adukkan email marketing yang sifatnya lebih general.
Kesimpulan: Penyebab Unsubscribe Email Marketing Tinggi
Penyebab unsubscribe email marketing tinggi sangat beragam, mulai dari faktor yang dipengaruhi strategi hingga alasan yang cenderung teknis.
Jika disimpulkan dari artikel ini, berikut ialah penyebab unsubscribe email marketing:
- Menerima terlalu banyak email
- Subject email dan konten yang mencurigakan
- Konten yang tidak relevan atau tidak menarik
- Terlalu banyak konten hard sell
- Merasa tidak pernah subscribe sebelumnya
- Tampilan yang tidak menarik atau tidak pas dengan device
- Tidak punya waktu atau malas membaca email
Meskipun demikian, perlu digarisbawahi bahwa adanya unsubscribe pada email marketing Anda tidak selalu berarti hal buruk.
Pasalnya, unsubscribe juga membantu Anda menyeleksi kontak pada database Anda, sehingga mailing list dan lead yang Anda miliki tetap berkualitas.